Hallo Readers! Pernah Kepikiran tentang makanan dan politik bisa memiliki hubungan erat? Meskipun makanan sering dianggap sebagai hal yang enak dan lezat, mereka juga memiliki peran dalam dunia politik yang lebih besar. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi hubungan antara politik dan gastronomi, serta bagaimana makanan dapat mewakili identitas dan konflik politik dengan cara yang lezat dan menarik.
Makanan sebagai Ekspresi Budaya dan Identitas
Ketika kita berbicara tentang Italia, apa yang terlintas dalam pikiran kita adalah pasta, pizza, dan minuman anggur. Ini bukan hanya makanan, tetapi juga simbol dari identitas kuliner Italia. Begitu pula dengan sushi yang merangkul budaya Jepang atau burger yang mencerminkan Amerika Serikat. Makanan adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan budaya suatu komunitas.
Politik dalam Makanan: Embargo dan Sanksi
Politik dapat memiliki dampak langsung pada apa yang kita makan. Salah satu contoh yang nyata adalah embargo dan sanksi ekonomi yang dapat menghentikan impor makanan dari suatu negara. Ini dapat mempengaruhi ketersediaan dan variasi makanan yang tersedia di negara lain.
Sebagai contoh, embargo Amerika Serikat terhadap Kuba telah berdampak pada ekspor dan impor makanan antara dua negara. Ini juga mempengaruhi variasi makanan yang tersedia di Kuba, karena sulit untuk mendapatkan bahan-bahan impor.
Kebijakan perdagangan dan hubungan diplomatik antara negara-negara juga dapat memengaruhi harga dan ketersediaan makanan. Konflik politik dapat mengganggu rantai pasokan makanan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga.
Makanan sebagai Diplomasi Publik
Misalnya, Jepang memiliki program “Washoku” yang mempromosikan makanan Jepang tradisional di seluruh dunia. Program ini membantu meningkatkan pemahaman dunia tentang budaya dan makanan Jepang.
Demikian pula, restoran-restoran etnik dan acara kuliner di berbagai kota di seluruh dunia juga berperan dalam mempromosikan budaya dan hubungan antar bangsa. Ini adalah cara yang lezat untuk menjalin hubungan diplomatik dan mempererat ikatan budaya antara negara-negara.
Makanan dalam Pemilihan Umum dan Kampanye Politik
Misalnya, Iowa dikenal dengan daging sapi dan jagung, dan dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat di Iowa, para kandidat sering kali ditemukan menghadiri “Iowa State Fair” dan mencicipi hidangan khas Iowa, seperti jagung bakar dan daging sapi panggang.
Selain itu, beberapa kandidat juga merancang makanan khas mereka sendiri sebagai bagian dari kampanye mereka. Ini menciptakan identitas kuliner yang unik dan menghubungkan kandidat dengan pemilih melalui rasa.
Makanan sebagai Alat Diplomasi
Makanan juga dapat digunakan sebagai alat diplomasi antara negara-negara. “Diplomasi kuliner” melibatkan pertukaran budaya dan kerjasama melalui makanan.
Misalnya, “kuliner ping-pong” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pertukaran budaya antara Amerika Serikat dan Tiongkok melalui makanan. Pada tahun 1971, tim tenis meja Amerika Serikat mengunjungi Tiongkok, dan sebagai tanggapan, Tiongkok mengirim tim tenis meja ke Amerika Serikat. Ini adalah contoh bagaimana makanan dapat digunakan untuk memperkuat hubungan antar negara.
Makanan dalam Perdamaian dan Rekonsiliasi
Makanan juga dapat memainkan peran penting dalam upaya perdamaian dan rekonsiliasi. Dalam banyak konflik, pertemuan makan malam atau jamuan perdamaian telah menjadi sarana untuk membuka dialog dan mempromosikan perdamaian.
Sebagai contoh, di Afrika Selatan, setelah berakhirnya rezim apartheid, upacara “braai” (makan malam panggangan) telah menjadi simbol rekonsiliasi dan persatuan di antara berbagai kelompok etnis. Orang-orang dari berbagai latar belakang etnis berkumpul untuk berbagi makanan dan berbicara tentang masa lalu dan masa depan mereka.
Makanan dan Identitas Kebangsaan
Makanan juga dapat menjadi simbol identitas kebangsaan dan alat untuk mempertahankan budaya. Di negara-negara seperti Prancis dan Italia, makanan dianggap sebagai warisan nasional yang harus dijaga dengan baik.
Lebih dari sekadar rasa, makanan dapat menjadi simbol nasionalisme dan kebanggaan kebangsaan. Makanan tradisional sering dianggap sebagai bagian penting dari identitas nasional, dan orang sering kali merasa terikat oleh makanan khas negara mereka.
Makanan dan Hubungan Internasional
Hubungan internasional juga dapat dipengaruhi oleh makanan. Negara-negara sering menggunakan makanan sebagai alat diplomasi dan hubungan internasional.
Misalnya, dalam perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina, masalah akses ke makanan dan air adalah perdebatan penting. Isu-isu ini memiliki dampak langsung pada hubungan antara kedua belah pihak dan menjadi salah satu aspek penting dalam perundingan perdamaian.
Makanan bukan cuma tentang rasa dan gizi, tetapi juga tentang identitas, politik, dan hubungan antar bangsa. Ketika kita menikmati hidangan lezat dari berbagai budaya, mari kita ingat bahwa makanan juga bisa menjadi jendela yang mengungkapkan dunia politik.
Makanan mewakili identitas, konflik, diplomasi, dan rekonsiliasi. Jadi, selanjutnya pas kamu lagi duduk untuk makan malam, coba deh pertimbangin sejenak gimana makanan ini mencerminkan aspek-aspek politik dunia di sekitar kita.
—
Referensi:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/06/21/kuliner-sebagai-media-politik-indonesia-dan-luar-negeri
https://kumparan.com/fadhlanaminullah3/memaknai-kembali-politik-budaya-kuliner-di-indonesia-1yGiJmwEj2f
https://www.jawapos.com/nasional/01396243/rasa-politik-kuliner-indonesia